Mitigasi Bencana Alam



Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letak geografisnya pada posisi pertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan wilayah yang rawan bencana. Selain itu dengan kompleksitas kondisi demografi, sosial, dan ekonomi di Indonesia berkontribusi pada tingginya kerentanan masyarakat terhadap ancaman bencana.  Kesiapsiagaan merupakan hal penting dan harus dibangun pada setiap tingkat kelompok masyarakat Indonesia. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat bencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapi bencana. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlah negara yang paling banyak dilanda bencana (ISDR 2006-2009, World Disaster Reduction Campaign, UNESCO).
            Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada lempeng bumi yang labil, memiliki pantai terpanjang kedua di dunia. Lempeng bumi yang labil disisi barat Sumatra, di selatan Jawa ke timur Indonesia dan berputar ke utara melalui Nusa Tenggara, Maluku, dan diteruskan ke Sulawesi. Lempeng bumi yang labil ini mempunyai potensi besar terjadinya gempa bumi pada dasar laut dalam yang memungkinkan terjadinya tsunami. Potensi tersebut menjadi lebih besar lagi karena sebagian besar pusat gempa tektonik terletak di bawah dasar laut dalam yang posisinya dekat dengan pantai barat Sumatra dan pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi.
            Pulau Simeulue berada paling dekat dengan pusat bumi 26 Desember 2004 silam. Namun hanya ada tujuh orang yang meninggal akibat sapuan gelombang tsunami. “Smong” menjadi salah satu penyelamat warga Simeulue. “Smong” adalah pengetahuan tradisional, diwariskan turun temurun secara lisan. Pengetahuan ini memuat pesan sederhana namun masih dipatuhi oleh warga Simeulue. Pesan itu adalah: “jika terjadi gempabumi kuat diikuti oleh surutnya air laut, segeralah lari ke gunung karena air laut akan naik”. Pengetahuan tradisional ini muncul setelah tsunami traumatik yang terjadi di pulau tersebut tahun 1907. Sekitar sembilan puluh persen tsunami yang terjadi di Indonesia berkaitan dengan gempabumi. Sepuluh persen sisanya dipicu oleh letusan gunung api dan longsoran bawah laut. Oleh karena itu, gempabumi dapat menjadi peringatan paling dini akan bahaya tsunami. Pada kawasan  Pulau Simeulue cukup mudah bagi masyarakat untuk mencapai bukit. Itulah hal yang menyelematkan sebagian masyarakat Pulau Simeulue dari tsunami 2004. Jika jarak menuju bukit cukup jauh, maka menaiki bangunan tinggi yang terdekat terbukti dapat menyelematkan jiwa. Memanjat pohon juga bisa menjadi alternatif apabila tidak menemui bukit dan jaraknya terlampau jauh dengan bangunan tinggi.
Sangat sedikit korban selamat pada kasus tsunami Aceh 2004 yang tak tersentuh gelombang. Mereka umumnya dapat menyelamatkan diri setelah berhasil meraih benda-benda yang terapung. Naik ke atas benda terapung dan berpegang erat padanya lebih amah daripada hanya sekadar memegang benda terapung. Air laut dan sungai yang surut dengan cepat juga merupakan peringatan dini akan bahaya tsunami.
            Sungai merupakan jalan tol bagi air dari darat ke laut dan sebaliknya. Artinya jika gelombang tsunami melanda, lidah gelombang yang melalui sungai datang lebih cepat dibandingkan yang melanda daratan. Jika tsunami cukup besar, maka gelombang tsunami yang melewati sungai akan menyapu jembatan yang ditemui. Jika konstruksi jembatan cukup kuat, maka jembatan tersebut akan menjadi bendungan bagi sampah yang dibawa tsunami. Banyak korban meninggal karena terjepit sampah-sampah yang yang tersangkut di jembatan.
Penanggulangan bencana seperti tsunami, selama ini dilakukan oleh pemerintah yang pelaksanannya kemudian dilakukan bersama antara pemerintah daerah dengan organisasi-organisasi yang terkait dan masyarakat yang tertimpa bencana. Ada beberapa hal yang sebenarnya bisa dilakukan dalam rangka pengurangan risiko tsunami, seperti menghindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai kurang dari 10 meter dari permukaan laut, bisa juga dengan menanam tanaman yang bisa menahan gelombang seperi bakau dan beringin. Beberapa strategi perencanaan wilayah dalam rangka menghadapi tsunami seperti perencanaan jalur evakuasi dan perencanaan zoning. Beberapa tindakan yang perlu dilakukan untuk menghindari bertambahnya jumlah korban pada saat tsunami seperti, segera mengungsi jika ada pemberitahuan untuk mengungsi. Segera setalah bencana tsunami menimpa, akan ada  banyak pihak yang mendatangi daerah bencana tersebut dengan membawa bantuan darurat serta membantu membersihkan puing. Masyarakat harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya apa yang harus dilakukan setelah tsunami. Masyarakat perlu meningkatkan kapasitas, karena tidak ada masyarakat yang sepenuhnya aman dari bahaya.
           


Komentar

Postingan Populer