Perkembangan Fisika Pada Zaman Sebelum Era Modern
Ilmu pengetahuan terus berkembang mulai era pra
sejarah hingga era modern dengan teknologi yang begitu hebat. Pada artikel ini
akan dibahas beberapa perkembangan ilmu khususnya fisika pada berbagai
peradaban bangsa.
1.
Masa Babilonia
Pengamatan terhadap angkasa dan
bintang-bintang dilakukan oleh para pemuka agama. Melalui pengamatan tersebut,
mereka mencoba maramalkan nasib seseorang yang dikaitkan dengan hari
kelahirannya. Dari negeri ini lah kita mengenal apa yang dinamakan zodiak itu.
Pada masa itu, orang-orang Babilonia sudah bisa meramalkan kapan terjadinya
gerhana matahari atau bulan.
Observasi oleh para ilmuwan
Babel selama berabad-abad tentang fenomene-fenomena langit, dicatat dalam
rangkaian tulisan kuno berbentuk baji yang bernama 'Enūma Anu Enlil'. Catatan tertua astronomical yang paling signifikan adalah catatan ke-63
dari 'Enūma Anu Enlil'-catatan Venus dari Ammi saduqa- tentang kemunculan
Venus yang terlihat di langit selama hampir 21 tahun, hal ini juga menjadi
bukti bahwa fenomena kemunculan planet yang terlihat di langit terjadi secara
berkala. Segi empat Astrolabe tertua yang ditemukan di catatan, tertanggal
tahun 1100 sebelum masehi. Mul-Apin sebuah catatan kuno yang berisi katalog
bintang dan rasi bintang dan juga skemanya untuk memprediksi waktu terbitnya
matahari dan juga tentang tata letak planet-planet, panjang waktu satu hari
yang diukur dengan jam air, Gnomon, bayangan dan juga sisipan-sisipan
astronomi.
Teks GU bangsa Babilonia
berisi tentang pengaturan letak bintang-bintang dalam suatu ‘string’ yang
berada di sepanjang lingkaran deklinasi sehingga dapat dihitung ukurannya serta
interval waktunya, juga untuk menilik bintang zenith yang dipisahkan oleh
perbedaan yang terlihat.
Beberapa ribu tahun sebelum
Copernicus, mereka telah menyadari bahwa bumi dan planet-planet lain berbentuk
bulat dan bahwa mereka berputar mengelilingi matahari. Dengan pengetahuan ini
mereka dapat secara akurat memprediksi gerhana matahari dan bulan. Banyak
pelajar modern berasumsi bahwa bangsa Babylonia membangun ilmu astronomi mereka
sendiri, untuk memenuhi kebutuhan akan perhitungan yang akurat dari ilmu
astrologi mereka yang kompleks. Secara mengejutkan, hasil terjemahan teori
bangsa Babylonia baru-baru ini mengindikasikan bahwa posisi dan pergerakan dari
bintang dan planet dihitung berdasarkan persamaan yang kompleks dari peradaban
Bangsa Sumeria. Bangsa babylonia nampaknya tidak memiliki pemahaman tentang
teori dasar dari formula ini, hanya mengetahui bagaimana menggunakannya saja.
Selama abad ke-7 dan ke-8 sebelum masehi, para
astronom Babel mengembangkan pendekatan baru dalam ilmu astronomi. Mereka mulai
mempelajari filsafat yang berhubungan langsung dengan sifat ideal alam semesta
dan mulai memanfaatkan logika dibandingkan harus menggunakan penafsiran dan
ramalan untuk menengetahui tentang sistem tata surya. Hal ini merupakan
kontribusi penting dalam dunia astronomi dan juga ilmu filsafat, beberapa
ilmuwan menyebut hal ini sebagai revolusi ilmiah pertama dengan pendekatan
baru. Pendekatan-pendekatan astronomi tersebut kemudian di adopsi dan
dikembangkan lebih lanjut oleh ilmuwan astronomi Yunani dan Hellenistik.
Satu-satunya astronom Babel yang dikenal mendukung
model pergerakan planet heliosentris adalah Seleucus of Seleucia. Seleucus dikenal
dari tulisan Putarch, disebutkan bahwa Seleucus mendukung teori yang
menyebutkan bahwa bumi berputar pada porosnya dan mengelilingi matahari
Astronomi yang berasal Babilonia
dipercaya menjadi dasar untuk ilmu-ilmu astronomi di berbagai daerah lain di
seluruh dunia, termasuk astronomi Hellenistik dan Yunani, astronomi klasik
India, astronomi Sassania, Bizantium dan Syiria, astronomi Islam, astronomi
Asia Tengah serta astronomi Eropa Barat
Sabak tanah liat, termasuk di gambar
sebelah kiri, mengungkapkan bahwa para astronom Babilonia bekerja menggunakan
semacam urutan prekalkulus dalam menggambarkan gerakan Jupiter di langit malam
relatif terhadap bintang latar belakang yang jauh. 15 abad lebih awal dibanding
orang Eropa yang pertama kali mendapat kreditasi atas pengukuran dengan cara
serupa. (Kiri: Trustees of the British Museum/ Kanan: Mathieu Ossendrijver;
NASA)
2.
Zaman Yunani
Pada zaman ini banyak
bermunculan ilmuwan terkemuka. Ada beberapa nama yang popular pada masa ini,
yaitu Thales (624-545 SM) dari Miletus, Pythagoras (580 SM–500 SM), ocrates
(469 SM-399 SM), Plato (427 SM-347 SM), Aristoteles (384 SM- 322 SM). Selain
nama-nama tersebut, masih ada filosof-filosof seperti Anaximander (610
SM-546 SM) dengan diktum falsafinya bahwa permulaan yang pertama, tidaklah bisa
ditentukan (Apeiron), karena tidaklah memiliki sifat-sifat zat yang ada
sekarang. Anaximenes yang hidup pada abad ke 6 SM., masih satu generasi dengan
Anaximander, ia berpendapat bahwa zat yang awal ada adalah udara. Ia menganggap
bahwa semuanya di alam semesta dirasuki dengan udara.
Demokritos (460-370 SM), ia
mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar materi, sehingga ia dikenal
sebagai “Bapak Atom Pertama”. Empedokles (484-424 SM) adalah seorang filsuf
Yunani berpendapat bahwa materi terdiri atas empat unsur dasar yang ia sebut
sebagai akar, yaitu air, tanah, udara, dan api. Selain itu, ia menambahkan satu
unsur lagi yang ia sebut cinta (philia). Hal ini dilakukannya untuk menerangkan
adanya keterikatan dari satu unsur ke unsur lainnya.
Empedokles juga dikenal sebagai
peletak dasar ilmu-ilmu fisika dan biologi pada abad 4 dan 3 SM dan juga
Archimedes, (sekitar 287 SM-212 SM) ia adalah seorang ahli matematika,
astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur berbangsa Yunani. Archimedes,
dianggap sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa, hal ini
didasarkan pada temuannya berupa prinsip matematis tuas, sistem katrol (yang
didemonstrasikannya dengan menarik sebuah kapal sendirian saja), dan ulir
penak, yaitu rancangan model planetarium yang dapat menunjukkan gerak matahari,
bulan, planet-planet, dan kemungkinan konstelasi di langit. Di bidang
matematika, penemuannya terhadap nilai p (phi) lebih mendekati dari ilmuan
sebelumnya. Dari karya-karyanya yang bersifat eksperimental, ia kemudian
dijuluki sebagai, “Bapak IPA Eksperimental”.
·
Archimedes dari Syracuse adalah
seorang matematikawan, fisikawan Yunani, insinyur, penemu dan astronom. Di antara kemajuan dalam
fisika adalah dasar hidrostatika, statika dan penjelasan dari prinsip tuas.
Dia dikreditkan dengan merancang mesin yang inovatif, termasuk mesin pengepungan dan pompa sekrup yang menyandang namanya.
Dia dikreditkan dengan merancang mesin yang inovatif, termasuk mesin pengepungan dan pompa sekrup yang menyandang namanya.
·
Pythagoras membuat kontribusi
berpengaruh untuk filsafat dan ajaran agama pada akhir abad ke 6 SM. Dia sering
dipuja sebagai matematikawan, mistik dan ilmuwan besar, tetapi dia yang terbaik
dikenal untuk Teorema Pythagoras yang dinamakan berdasar namanya.
·
Pandangan Aristoteles tentang ilmu-ilmu fisika sangat berbentuk
kelembagaan sekolah di abad pertengahan, dan pengaruh mereka diperpanjang
sampai zaman Renaisance, meskipun akhirnya digantikan oleh fisikanya Newton.
Dalam ilmu zoologi, beberapa pengamatan diteguhkan akurat dalam abad ke-19.
Karya-karyanya mengandung studi awal resmi dikenal logika, yang didirikan pada
akhir abad 19 ke dalam logika formal modern. Dalam metafisika, Aristotelianisme
memiliki pengaruh besar pada pemikiran filosofis dan teologis dalam tradisi
Islam dan Yahudi pada Abad Pertengahan, dan terus mempengaruhi teologi Kristen,
khususnya tradisi skolastik Gereja Katolik.
·
Astronomi Yunani cukup maju setelah
berabad-abad pengamatan Yunani Kuno untuk pertama kalinya model matematika.
Dalam ilmu ini, heliosentris mengalami perdebatan yang cukup panjang. Beberapa
ilmuwan yang mengambil peranan dalam astronomi Yunani antara lain Archimedes,
Pythagoras, Chios Methodorus, Democritus, Empedokles, Epicurus, Copernicus,
Ptolomeus, dan Newton.
·
Geologi
dan Seismologi
Gempa Bumi yang berasal dari bawah tanah telah
berhasil diteliti oleh orang Yunani kuno. Banyak pendapat yang muncul sehingga
menjadikan topik ini terus berlanjut. Christopher L Linier adalah orang yang
meneliti hal teresebut.
3.
Zaman Sungai Kuning
Ilmu pengetahuan yang telah
berkembang sejak jaman dongeng antara lain astronomi atau ilmu perbintangan.
Ilmu astronomi digunakan untuk:
·
menentukan penanggalan yang didasarkan
pada peredaran bulan;
·
meramal masa depan manusia dan masa
depan negara khususnya saat memasuki tahun baru imlek;
·
mengetahui saat terjadinya gerhana
matahari dan bulan; dan
·
mengetahui perputaran atau
pergantian musim yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat seperti
pertanian dan pelayaran.
Para
cendekiawan Tiongkok awalnya meyakini bintang, matahari, dan bulan sebagai
dewa. Namun pada masa Dinasti Han, sekitar 130 M, ilmuwan seperti Zhang Heng
mengetahui bahwa bulan adalah bola, diterangi oleh matahari di satu sisi dan
gelap di sisi yang membelakangi matahari. Zhang Heng juga memahami penyebab
gerhana bulan dan matahari.
Para
astronom Tiongkok, sepeti halnya astronom Romawi dan Sassania pada periode yang
sama di Eropa dan Asia Barat, amat tertatik pada bintang-bintang untuk alasan
keilmuan serta karena mereka meyakini bahwa langit dapat membantu meramalkan
masa depan.
Salah
satu astronom Tiongkok berhasil membuat sebuah diagram bintang tertua di dunia,
yang disebut peta bintang Dunhuang. Diagram tersebut bahkan menyertakan
bintang-bintang yang cahayanya lemah dan sulit dilihat dengan mata telanjang,
padahal ketika itu teleskop dan teropong belum ditemukan. Selain berdasarkan
bintang, orang Tiongkok juga memiliki panduan ramalan berdasarkan bentuk awan.
Pada
zaman Dinasti Chou, aksara Cina ditulis pada potongan bambu. Cara menuliskannya
adalah dari atas ke bawah. Sekitar tahun 105 M, pada masa Dinasti Han ditemukan
teknik pembuatan kertas yang dibuat dari campuran bubur kayu dan lem. Sehingga aksara
Cina kemudian ditulis di atas kertas. Penemu tersebut bernama Tsai Lun. Adapun
pada zaman Dinasti T’ang ditemukan teknik cetak (untuk mencetak buku dan
kalender).
Bangsa
Cina juga menemukan tik gerak (movable type) yaitu blok-blok kayu dengan huruf-huruf
yang dicungkil ke luar. Dengan penemuan kertas dan alat cetak tersebut
memungkinkan adanya penerbitan buku-buku dalam jumlah yang besar dan dengan
harga murah. Bangsa Cina termasuk bangsa yang sangat memperhatikan tulisan.
Penemuan kertas dan alat cetak juga membantu penyebaran karya sastra di Cina.
Komentar
Posting Komentar